Kamis, 05 Juni 2008

TransPlantasi Rahimmm...


Transplantasi Rahim, Solusi Baru Punya Anak
MILWAUKEE ,- Ada secercah harapan bagi para perempuan yang terpaksa kehilangan rahim akibat penyakit, kecelakaan, atau sebab lain. Tim dokter Rumah Sakit New York Down Town mempersiapkan transplantasi rahim pertama di AS. Jika operasi tersebut sukses, perempuan yang membutuhkan bisa mendapatkan donor rahim serta menjalani proses kehamilan hingga melahirkan layaknya perempuan normal. Giuseppe Del Priore, dokter spesialis kanker yang memimpin tim transplantasi tersebut, mengaku sudah enam bulan melakukan uji coba. Hasilnya, transplantasi rahim sangat mungkin dilakukan seperti transplantasi ginjal, jantung, bahkan wajah seperti yang pernah dilakukan di berbagai negara. "Secara teknis, saya yakin transplantasi ini bisa dilakukan," ujar Del Priore, yang dibantu dr Jeanetta Stega, dokter spesialis bedah ginekolog. Sebenarnya, transplantasi rahim pernah dilakukan di Arab Saudi pada 2000. Namun, tiga bulan setelah operasi, rahim yang sudah dipasang harus kembali diangkat karena penerima donor mengalami penggumpalan darah. Untuk masalah tersebut, Stega mengatakan bisa diatasi dengan menambah jumlah pembuluh darah di sekitar rahim yang ditransplantasikan serta memberikan obat anti penggumpalan darah kepada penerima donor. Jika operasi transplantasi berjalan sukses, penerima donor bisa hamil, tapi tidak melalui hubungan seksual, melainkan melalui proses bayi tabung. "Hubungan seksual akan memperbesar risiko infeksi," kata Stega. Karena itu, penerima donor juga harus melahirkan dengan operasi caesar. Setelah bayi lahir, rahim harus diangkat kembali. Begitu pula, kalau ternyata penerima donor tak bisa hamil, rahim harus diangkat setelah dipasang selama dua tahun. "Rahim tersebut memang tidak bisa terpasang selamanya. Sebab, kami tidak ingin penerima donor seumur hidup mengonsumsi obat penekan kekebalan tubuh untuk mencegah penolakan organ," jelas Stega. Selama kehamilan, obat tersebut memang harus dikonsumsi. Namun, Dr Vincent Armenti, ketua tim transplantasi jantung di Temple University School of Medicine, Philadelphia, mengklaim obat tersebut tidak berbahaya bagi janin. Saat ini, Del Priore dan Stega tengah mencari pendonor dan penerima transplantasi rahim untuk operasi yang akan dijalankannya. Veronica Pena merupakan salah seorang penerima transplantasi rahim yang sudah menghubungi Del Priore. "Kami ingin punya anak dan siap menanggung risiko apa pun," jelas perempuan berusia 36 tahun yang mengalami kerusakan rahim saat melahirkan putrinya 15 tahun silam. Kendati menawarkan harapan baru, tak sedikit pihak yang merasa khawatir. "Proses ini sangat kompleks. Saya rasa transplantasi belum bisa dilakukan saat ini," ujar Dr James Grifo, ahli kesuburan di New York University yang membantu Del Priore meneliti transplantasi rahim terhadap tikus beberapa waktu silam.(ap/afp/any)
sRidjji xi ia 3

Tidak ada komentar: